01 Maret 2014

Cinta Tanpa Kata

2 komentar
Cinta Tanpa Kata
by Halona Mio



Kamu sangat mencintaiku. Benar kan?
Kutatap lekat kedua bola matanya yang berwarna coklat tua. Mencoba memastikan jawaban atas pertanyaan yang terus berkeliaran di benakku saat ini. Jawaban yang mulai kuragukan kebenarannya.
Atau mungkin… kamu hanya merasa kasihan padaku?
Ucapan So Hee mulai berdengung di telingaku. Apa!? Jadi dia tidak pernah mengungkapkan perasaannya? Lalu bagaimana bisa kamu begitu yakin kalau dia benar-benar mencintaimu?
 “Kamu baik-baik saja, Hye Rin-ah?”
Ucapan Min Ho membuatku tersentak. Lamunanku buyar seketika.
“Ya,” jawabku spontan.
“Kenapa menutup telingamu?”
Hah!? Apa dia bilang? Oh yang benar saja. Aku menurunkan kedua tanganku. Menunduk malu karena tindakan bodohku.
“Telingaku berdengung,” jawabku sekenanya.
“Oh…” Hening beberapa saat. “Jadi, tidak masalah kan?”
Aku mengangguk sekilas kemudian mengalihkan pandanganku ke luar jendela kaca. Tampak tumpukan salju di sepanjang jalan sekitar kafe.
“Baiklah. Kalau begitu besok kita ketemu di sana ya?” ujar Min Ho dengan penuh semangat.
“T-tunggu!? Apa maksudmu?” Aku mendongak memandanginya. Ekspresi bodohku terpantul dari kedua bola matanya.
Min Ho mengernyitkan dahinya. Merasa bingung. Tampaknya beberapa saat lalu ia mengira aku mengangguk karena sudah paham dengan ucapannya.
Ah, bodoh!! Aku salah bicara!? Aku mulai mengutuki diriku sendiri karena tidak menyimak apapun yang ia ucapkan sedari tadi.
Min Ho mendesah begitu menyadari harus mengulang semuanya dari awal. “Besok malam kita nonton teater klasik,” mau tak mau ia harus meringkas langsung ke inti permasalahnnya. “Bagaimana? Tidak masalah kan?”
Tanpa sadar aku mendesah keras. “Tentu… tidak masalah,” gumamku tak bersemangat.
Esok malamnya di luar gedung pertunjukan…
Aku mendesah. Memasukkan tanganku ke dalam saku mantel tebalku. Enggan memasuki gedung pertunjukan. “Benar-benar membosankan,” gumamku pelan. Tak ingin terdengar oleh Min Ho yang berdiri tak jauh di depanku.
Tunggu! Aku rasa dulu tempat ini tidak begitu menyebalkan. Yah… meskipun tidak menyukai acara ini tapi aku cukup menikmatinya. Tentu saja karena ada Min Ho di sisiku. Tapi, kenapa sekarang… ?
Aku menghela nafas panjang. Berusaha keras mengusir perkataan So Hee yang lagi-lagi mengusik pikiranku. Tapi kenapa selalu seperti ini? Di hari kasih sayang ini… tak ada secuil pun hal romantis yang ia lakukan untukku. Lalu apa bedanya aku dengan teman-temannya?
“Apa kamu benar-benar mencintaiku?” tanpa sadar aku menyuarakan kata-kata itu dengan cukup keras. Mungkin aku memang benar-benar sudah berada di ambang batas. Tak ada lagi tempat untuk berpegangan.
Min Ho membalikkan badannya. Tampak terkejut. Melihat wajahku, ekspresinya langsung berubah sedih. “Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?” ujarnya pelan. Ia tampak begitu terluka.
Tunggu! Kenapa kata-kataku justru melukainya?
“Maaf… lupakan saja!?” Aku berbalik dan berlari dengan mata setengah terpejam. Pandanganku buram oleh air mata yang menggenang di pelupuk mataku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang merasuki otakku. Kenapa kini aku meragukannya? Dan yang lebih parah… keraguanku telah membuatnya terluka!
Brakkk!!!
Seseorang mendorongku dari belakang. Aku jatuh. Tersungkur di tepi jalan. Tampak olehku salju yang berwarna semerah darah. Kemudian pandanganku gelap.
~o0O0o~
Aku membuka mata. Dimana ini? Rumah sakit?
Tanpa perlu repot-repot memastikannya, aku memejamkan mataku lagi. Dugaanku pasti benar. Aku sudah begitu hafal dengan baunya.
Lamat-lamat terdengar suara langkah kaki beberapa orang memasuki ruangan. Aku membuka mata. Menunggu penjelasan kenapa aku bisa berada di tempat ini lagi.
“Selamat, tranplantasinya sukses…” Dr. Kang tersenyum lebar. Dr. Kang adalah dokter spesialis penyakit jantung yang selama ini merawatku.
Hah!? A-apa  yang terjadi? Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?
“Apakah ada orang yang mendonorkan jantungnya untukku? Benarkah?” Aku merasa lega. Dengan begini Min Ho tak perlu mencemaskanku lagi. Semuanya akan jadi lebih jelas mulai saat ini.
Tapi, lagi-lagi aku dilanda kerisauan. Bagaimana kalau dia tidak mencintaiku? Bagaimana kalau ternyata dia memang hanya merasa kasihan padaku? Seketika hatiku terasa hampa.
Seminggu berlalu…
Hatiku resah. Tak sekalipun Min Ho datang menjengukku. Setiap orang yang kukenal menolak untuk membicarakan tentangnya. Aku benar-benar tak tahu keadaannya sekarang. Ia seolah menghilang tanpa jejak.
So Hee tampak berdiam diri di sudut ruangan. Sepertinya ia menyadari rasa kalut yang tak sanggup kututupi.
 “Maaf, seharusnya aku tidak pernah mengatakan hal kejam seperti itu…” ucap So Hee penuh sesal.
Aku menatap sahabatku ini. Bingung.
“Tidak ada kata cinta apapun di dunia ini yang sanggup menggambarkan perasaan cintanya padamu…”
Dadaku terasa sesak. Kenapa? Bukankah seharusnya aku merasa bahagia mendengarnya?Tapi… kenapa aku merasakan firasat aneh?
Aku meraba dadaku, merasakan jantung baruku yang berdetak cepat. Pandanganku tak bisa lepas dari So Hee. Kenapa So Hee menangis?
Kesadaran itu dengan telak menghantamku. Bayangan wajah Min Ho melintas di benakku. Senyuman tulus merekah di wajahnya seolah berkata…
“Kuharap kau tidak akan pernah meragukannya lagi… jantungku akan selalu berdetak untukmu.”
Aku mencengkeram erat dadaku. Terbayang kembali rentetan kenangan itu. Kenapa aku begitu bodoh! Andai saja waktu bisa terulang, aku tak akan serakah. Mengharap lebih… mengharap pengakuan yang sebenarnya tak begitu berarti.
Sebenarnya… sejak awal aku sudah menyadarinya. Tanpa pengakuan pun semuanya sudah jelas…
Lelaki itu mencintaiku lebih dari apapun di dunia ini.
~o0O0o~
Image Source: Unknown (nemu di hardisk ^^)
 

Mio's Garden Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template