Cinta
Tanpa Kata
by Halona Mio
Kamu sangat mencintaiku. Benar kan?
Kutatap
lekat kedua bola matanya yang berwarna coklat tua. Mencoba memastikan jawaban
atas pertanyaan yang terus berkeliaran di benakku saat ini. Jawaban yang mulai
kuragukan kebenarannya.
Atau mungkin… kamu hanya merasa
kasihan padaku?
Ucapan
So Hee mulai berdengung di telingaku. Apa!?
Jadi dia tidak pernah mengungkapkan perasaannya? Lalu bagaimana bisa kamu
begitu yakin kalau dia benar-benar mencintaimu?
“Kamu baik-baik saja, Hye Rin-ah?”
Ucapan
Min Ho membuatku tersentak. Lamunanku buyar seketika.
“Ya,”
jawabku spontan.
“Kenapa
menutup telingamu?”
Hah!? Apa dia bilang? Oh yang benar
saja. Aku menurunkan kedua tanganku. Menunduk malu karena
tindakan bodohku.
“Telingaku
berdengung,” jawabku sekenanya.
“Oh…”
Hening beberapa saat. “Jadi, tidak masalah kan?”
Aku
mengangguk sekilas kemudian mengalihkan pandanganku ke luar jendela kaca.
Tampak tumpukan salju di sepanjang jalan sekitar kafe.
“Baiklah.
Kalau begitu besok kita ketemu di sana ya?” ujar Min Ho dengan penuh semangat.
“T-tunggu!?
Apa maksudmu?” Aku mendongak memandanginya. Ekspresi bodohku terpantul dari
kedua bola matanya.
Min
Ho mengernyitkan dahinya. Merasa bingung. Tampaknya beberapa saat lalu ia mengira
aku mengangguk karena sudah paham dengan ucapannya.
Ah, bodoh!! Aku salah bicara!? Aku
mulai mengutuki diriku sendiri karena tidak menyimak apapun yang ia ucapkan
sedari tadi.
Min
Ho mendesah begitu menyadari harus mengulang semuanya dari awal. “Besok malam
kita nonton teater klasik,” mau tak mau ia harus meringkas langsung ke inti
permasalahnnya. “Bagaimana? Tidak masalah kan?”
Tanpa
sadar aku mendesah keras. “Tentu… tidak masalah,” gumamku tak bersemangat.
Esok
malamnya di luar gedung pertunjukan…
Aku
mendesah. Memasukkan tanganku ke dalam saku mantel tebalku. Enggan memasuki
gedung pertunjukan. “Benar-benar membosankan,” gumamku pelan. Tak ingin
terdengar oleh Min Ho yang berdiri tak jauh di depanku.
Tunggu! Aku rasa dulu tempat ini
tidak begitu menyebalkan. Yah… meskipun tidak menyukai acara ini tapi aku cukup
menikmatinya. Tentu saja karena ada Min Ho di sisiku. Tapi, kenapa sekarang… ?
Aku
menghela nafas panjang. Berusaha keras mengusir perkataan So Hee yang lagi-lagi
mengusik pikiranku. Tapi kenapa selalu
seperti ini? Di hari kasih sayang ini… tak ada secuil pun hal romantis yang ia
lakukan untukku. Lalu apa bedanya aku dengan teman-temannya?
“Apa
kamu benar-benar mencintaiku?” tanpa sadar aku menyuarakan kata-kata itu dengan
cukup keras. Mungkin aku memang benar-benar sudah berada di ambang batas. Tak
ada lagi tempat untuk berpegangan.
Min
Ho membalikkan badannya. Tampak terkejut. Melihat wajahku, ekspresinya langsung
berubah sedih. “Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?” ujarnya pelan. Ia tampak
begitu terluka.
Tunggu! Kenapa kata-kataku justru
melukainya?
“Maaf…
lupakan saja!?” Aku berbalik dan berlari dengan mata setengah terpejam.
Pandanganku buram oleh air mata yang menggenang di pelupuk mataku. Aku
benar-benar tidak tahu apa yang merasuki otakku. Kenapa kini aku meragukannya? Dan yang lebih parah… keraguanku telah
membuatnya terluka!
Brakkk!!!
Seseorang
mendorongku dari belakang. Aku jatuh. Tersungkur di tepi jalan. Tampak olehku salju
yang berwarna semerah darah. Kemudian pandanganku gelap.
~o0O0o~
Aku
membuka mata. Dimana ini? Rumah sakit?
Tanpa
perlu repot-repot memastikannya, aku memejamkan mataku lagi. Dugaanku pasti
benar. Aku sudah begitu hafal dengan baunya.
Lamat-lamat
terdengar suara langkah kaki beberapa orang memasuki ruangan. Aku membuka mata.
Menunggu penjelasan kenapa aku bisa berada di tempat ini lagi.
“Selamat,
tranplantasinya sukses…” Dr. Kang tersenyum lebar. Dr. Kang adalah dokter
spesialis penyakit jantung yang selama ini merawatku.
Hah!? A-apa yang terjadi? Sudah berapa lama aku tak
sadarkan diri?
“Apakah
ada orang yang mendonorkan jantungnya untukku? Benarkah?” Aku merasa lega.
Dengan begini Min Ho tak perlu mencemaskanku lagi. Semuanya akan jadi lebih
jelas mulai saat ini.
Tapi,
lagi-lagi aku dilanda kerisauan.
Bagaimana kalau dia tidak mencintaiku? Bagaimana kalau ternyata dia memang hanya
merasa kasihan padaku? Seketika hatiku terasa hampa.
Seminggu
berlalu…
Hatiku
resah. Tak sekalipun Min Ho datang menjengukku. Setiap orang yang kukenal
menolak untuk membicarakan tentangnya. Aku benar-benar tak tahu keadaannya
sekarang. Ia seolah menghilang tanpa jejak.
So
Hee tampak berdiam diri di sudut ruangan. Sepertinya ia menyadari rasa kalut
yang tak sanggup kututupi.
“Maaf, seharusnya aku tidak pernah mengatakan
hal kejam seperti itu…” ucap So Hee penuh sesal.
Aku
menatap sahabatku ini. Bingung.
“Tidak
ada kata cinta apapun di dunia ini yang sanggup menggambarkan perasaan cintanya
padamu…”
Dadaku
terasa sesak. Kenapa? Bukankah seharusnya
aku merasa bahagia mendengarnya?Tapi… kenapa aku merasakan firasat aneh?
Aku
meraba dadaku, merasakan jantung baruku yang berdetak cepat. Pandanganku tak
bisa lepas dari So Hee. Kenapa So Hee
menangis?
Kesadaran
itu dengan telak menghantamku. Bayangan wajah Min Ho melintas di benakku.
Senyuman tulus merekah di wajahnya seolah berkata…
“Kuharap kau tidak akan pernah
meragukannya lagi… jantungku akan selalu berdetak untukmu.”
Aku
mencengkeram erat dadaku. Terbayang kembali rentetan kenangan itu. Kenapa aku
begitu bodoh! Andai saja waktu bisa terulang, aku tak akan serakah. Mengharap lebih…
mengharap pengakuan yang sebenarnya tak begitu berarti.
Sebenarnya…
sejak awal aku sudah menyadarinya. Tanpa pengakuan pun semuanya sudah jelas…
Lelaki
itu mencintaiku lebih dari apapun di dunia ini.
~o0O0o~
Image Source: Unknown (nemu di hardisk ^^)